Monday, November 27, 2006

jakarta .....I'll be back

di sana rumahku
dalam kabut biru
hatiku sedih
di hari minggu

di sana kasihku
berdiri menunggu
di batas waktu
yang telah tertentu

ke Jakarta aku kan kembali
walaupun apa yang kan terjadi
ke Jakarta aku kan kembali
walaupun apa yang kan terjadi

pernah kualami
hidupku sendiri
temanku pergi
dan menjauhi

lama kumenanti
ku harus mencari
atau ku tiada
dikenal lagi


(pinjem ya..... mas tomi koeswoyo)

Thursday, September 28, 2006

Packing Time

Tidak terasa sudah di penghujung September, Oktober di depan mata, November menjelang, dan Desember harus pulang. Cepat nian waktu berlalu. Sehingga inilah saat-saat kembali kerja bakti mengepak barang. Pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang sih, lha wong barange mung sak-uprit. Sedikit banget yang keliatan. Susahnya, ternyata selalu ada barang tengclekunik (ini kata ibu saya dengan kata lain miscellaneous) yang menghiasi lorong-lorong, laci-laci lemari maupun drawer. Barang yang tadinya disayang-sayang dengan segala alasan baik karena nostalgia, memori atau cuma karena kemungkinan masih dipakai. Saat pengepakan inilah hati pun menjadi kejam. Buang,buang,buang.

Kenapa juga sudah mengepak, meski waktu pulang masih lama. Pengepakan itu bukan kerja yang sehari selesai. Apalagi banyak kejadian yang dilami teman yang masih supersibuk meski waktu pulang tinggal besok. ahasil kadang bisa merepotkan teman yang masih tinggal disini baik dengan barang yang belum terbuang maupun barang yang tertinggal dan harus dikirim kemudian. Ceritanya , dan niatnya, kami ingin pulang dengan mulus, apalagi sekarang tidak cuma berdua, ada si kecil yang kadang "merepotkan" sehingga waktu bersih-bersih bisa lebih panjang dari prediksi semula.Dan lagi, kadang-kadang di akhir masa tinggal banyak urusan yang kecil-kecil yang mesti diselesaikan. Seperti.....menghadiri acara perpisahan........hiks sedih...

Thursday, September 14, 2006

Tragedi buah pisang

Pisang bukan barang aneh di Indonesia. Dari besekan kenduri sampai bleketepe pernikahan ada pisangnya. Dari pisang ambon sampai medan, pisang susu sampai pisang tanduk,pisang kepok burung sampai raja nangka, semua ada. Mau yang item atau yang kuning cantik, dari warteg sampai hotel, ada pisang. Ehm enak nian. Nah di sini, paling-paling nemu pisang cavendish, yang jarang dimakan di indo karena relatif mahal. Mau repot sedikit ke pasar asia, ada juga pisang kepok dari queensland. Alhamdulillah. Apalagi waktu mual-mual si kawani, pisang adalah makan istimewa penghilang rasa tak nyaman itu. Harganya relatif murah, apalagi kalau udah agak hitam-hitam, yang justru enak buat di goreng pisang atau dibuat banana cake buat orang indo.

Namun kemudian, topan Larry mengubah cerita. Kebun-kebun pisang hancur, sehingga panen gagal, pasokan pisang terganggu. Hukum ekonomi kemudian bicara. Supply tidak ada, sementara demand tinggi, hargapun meroket. Pisangpun mahal sekali. Harga sekilonya menyamai harga sekilo daging sapi yang mutunya bagus. Sekilo pisang dapat 5 kilo sayap ayam. Beli yang agak hitam-hitam lah, yang mau out of date ? sama saja, tetap mahal. Pisang pun berkontribusi tinggi meningkatkan inflasi, sama dengan harga minyak. Akupun puasa pisang. Tidak ada pisang goreng lagi.

Kini, di pintu bulan ramadhan, semakin melow. Mungkin ramadhan kali ini kali pertama tak ada kolak pisang sebagai makanan pembuka.Hiks....

(upssssssss, tiba-tiba, seseorang datang mengantarkan piscok satu kontainer kecil ke rumah ketika asyik membayangkan pisang, Alhamdulillah, makasih ya tante!)

Tuesday, September 12, 2006

nina bobo

Dulu kalau lihat orang tidur gampang dan damai, sering kubilang tidur kayak bayi. Ternyata bukan aku saja yang punya pengetahuan soal bayi gampang tidur. Sebuah iklan kasur pun memakai kenyamanan bayi untuk ukuran kenyaman yang akan diperoleh pengguna produknya. Namun sebuah artikel tentang tidur bayi di sebuah website menyanggah pendapat tersebut. Justru banyak bayi mengalami kesulitan tidur sehingga orang tua mengeluhkan hal tersebut. Artikel tentang baby sleeping bertaburan termasuk metode-metode penanganannya.

Akupun termasuk satu diantara banyak orang tua yang rajin menyimak artikel itu. Sebagai pasangan tukang tidur alias pelor karena gampang tidur dimanapun dan kapanpun bahkan diantara himpitan sesaknya bus kota tidak membayangkan punya anak yang punya kekhasan dalam hal tidur. Seminggu pertama memang wajar katanya anak mengajak begadang orang tua. Tapi kok lama kelamaan tidak usai juga pengalaman asoy itu. Ternyata si kecil gampang bangun kalau kentut, banyak gas yang beredar dibadannya. Hunting artikel deh di internet sejak itu. Hasilnya, mengurangi asupan dairy product, tidak konsumsi orange juice, tidak makan makanan yang banyak gasnya, sampai mencoba memijat si bayi. Kalau tanya nurse jawabannya enak aja, it's because his disgestive system is not matured yet. Sabar aja sampai tiga bulan, it's all gone at that time. amiin. Kata temen juga begitu, lihat aja mbak ntar bulan ketiga. Dan kamipun menunggu waktu itu.

Dalam masa penantian yang penuh harapan dan doa, hari-hari kami adalah hari berharap ia tidur dengan enak. Sambil terus mencoba berbagai trik menenangkan bayi. Melihat bayi temen yang tidur dengan enak, jadi kepingin. Herannya si kecil akan tidur enak kalau diajak pergi. Waduuh...... Sempat merasa bahagia ketika di minggu ke-6 dapat imunisasi. Efek sampingnya bayi tidur lebih lama. Ya, benar, itulah kali pertama si kecil tidur panjang.

Satu,dua, tiga bulan berlalu, akhirnya sekarang alhamdulillah dia bisa tidur panjang meski masih ada dua break di tengah malam. Tapi itu nikmat sekali, jadi nggak perlu sampai ikut sleeping school seperti temanku. Iya, di sini ada sleeping school untuk keluarga yang bayinya punya problem tidur. Bayi dan ortunya diinapkan sepekan disebuah rumah. Tiap keluarga dapat satu kamar dimana dipisahkan dinding ruangan ortu dengan si bayi. Diajarin deh sama nurse bagaimana men-settle bayi, kapan perlu mengangkat bayi arena tidak semua tangis perlu di seriusi dengan mengangkat. Temenku berhasil, meski pelatihan itu membuat ia berlinangan air mata karena mengabaikan bayinya yang menangis. Sekarang bayinya tidur nonstop dari jam 7 sampai pagi, setelah sebelumnya tidur jam 12 malam sampai jam 4 pagi saja.

(tidur itu sebuah kenikmatan, ah Gusti, semua dariMu tak ada yang tak nikmat)

Monday, September 11, 2006

Baby's day out


Apel tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Hobi jalan ternyata diturunkan juga. Si kecil yang berayah ibu tukang jalan ternyata senang diajak melanglang MElbourne. Seminggu setelah lahir sudah berkunjung ke China town dan pusat belanja di City. Untunglah bukan di Indonesia yang ada pamali bayi keluar sebelum 40 hari. Anak kecil itu menikmati sekali. Mungkin karena diayun di dalam pram-nya. Hobi jalan ini , yang sebenernya bukan maunya si kecil cuma mau ibunya klayapan, didukung dengan sarana yang nyaman di melbourne. Si kecil biasa di ajak jalan dengan pram birunya. Kondisi jalan yang nyaman dengan trotoar yang lebar jadi landasan pacu yang memadai untuk pramnya. Bagaimana dengan public transport ? Bus-bus di Melbourne mayoritas low floor, jadi pram gampang masuk karena pintu yang rendah. Kalaupun kena "apes" dapat bus yang edisi lama dengan tangga masuk, insya allah masih nyaman karena penumpang lain bahkan terkadang supirnya mau membantu mengangkat masuk pram ke bus. Bagaimana dengan tram, sama aja, kondisinya, meskipun aku masih agak males membawa si kecil naik tram model lama sendirian, karena tangganya tinggi, space nya ga luas. Nah paling enak naik train karena ga ada tangga buat masuk, rata aja, spacenya luas juga. Selain masalah transport dan jalan, prasarana gedung pun nyaman buat ibu dan bayi. Gedung-gedung dibangun dengan memperhatikan orang-orang dengan kondisi khusus seperti untuk disabled people maupun emak-emak. Jadi ndak repot pake pram ke pusat belanja misalnya. Lalu ada juga fasilitas baby's room untuk bayi berganti nappy dan juga melepaskan dahaga melalui breast feeding. Ruangan menyusu bersih dan private. Jadi kapanpun dan dimanapun bayi bisa minta minum. Apalagi ya.... yang bikin nyaman ? nah ini yang masih susah di Indonesia.....lingkungan bebas rokok. Dah lama euy tidak mengisap bau rokok di sini. Karena larangan yang keras untuk perokok mengeluarkan senjatanya di tempat umum.

Dengan fasilitas memadai begini, kebayang kan bagaimana menjalani hari-hari bersama si kecil di Indonesia ? Aaah ya pusying sih mikirin , makanya ga perlu dipikirin, cukup nanti di jalani. Toh dulu emaknya kawani nikmat-nikmat aja tho berdesakan di KRL jabotabek demi memuaskan hobi jalannya ? Tp kalau full asap rokok, kok ya kebangetan indonesiaku....

Sunday, September 03, 2006

vakum

Tiga bulan tidak mempercantik dan memperkaya rumah. Sampai-sampai buku tamu sudah expired. Mudah-mudahan tamu-tamu tak kecewa, suguhan hanya itu-itu saja. Semoga maklum, tuan rumah sibuk dengan "mainan" barunya.

Thursday, June 01, 2006

Phd Melbourne


Pernah ada satu obrolan diawal tinggal di Melbourne. Kalau suami melanjutkan studi master di Melbourne kalau bisa istri juga bisa "nyambi" Phd Melbourne, apalagi dengan status kami yang menikah tanpa anak. Yah mana bisa, wong master aja belum punya gimana mau phd ? tapi ngga salah kok himbauan itu karena phd yang dimaksud adalah Pernah Hamil Di Melbourne. Hihihihi Kami tersenyum kecut. amin dalam hati. Semoga kesampaian, mesti harus siap dengan kenyataan hal tersebut tidak akan terjadi jika mengingat usaha2 yang pernah kami jalani di Indonesia dan tak kunjung berhasil.

Hingga suatu ketika, setelah didera sakit herpes di bagian pinggang, badan ini kok tidak juga kembali fit. Dan kemudian haid pun terlambat. Wah ? Selama ini siklus periodku sangat teratur kalau terlambat , dokter di indonesia selalu menyarankan untuk melakukan test. Lalu, sepulang bermalam di rumah teman dan menuju Victoria Market untuk bertugas jaga toko, mampirlah ke chemist membeli test pack. Besok pagi harus di test. Sebelum shubuh tanpa setahu KD, untuk pertama kalinya dalam sejarah, test pack itu bergaris merah dua.

Subhanallah.....
Sejak itulah aku menjalani hari-hari mengagumkan dan penuh kenikmatan sebagai ibu hamil. Menjalani pemeriksaan berkala di Royal Women Hospital, baca-baca buku kehamilan, dll persiapan sebagai seorang ibu. aku memilih untuk menjalani pemeriksaan kehamilan dan kelahiran di Family birth centre. Sebuah tempat kelahiran yang mempunyanyi filosofi bahwa kehamilan dan kelahiran adalah proses normal, natural bagi perempuan. Jadi insya allah di tempat ini proses persalinan diusahakan normal tanpa ada obat2an dan bantuan teknologi kedokteran pengurang rasa sakit :). Namun untuk bisa menjalani persalinan disini, seorang calon ibu haruslah memiliki resiko rendah untuk sebuah persalinan. Contohnya, ga kena diabetes, bukan bayi sungsang......dengan kata lain tidak ada komplikasi kehamilan. Alhamdulillah sampai akhir kehamilan semua berjalan lancar, meski sempat khawatir karena bayi belum dalam posisi benar hingga minggu ke 36. Oh iya, di tempat ini semua ditangani oleh midwife, dokter hanya melakukan kontrol dua kali di minggu 12 dan minggu 36 saja. Dan proses persalinanan pun dilakukan oleh midwife.

Sebagai calon ibu dan bapak baru, kami disini dianjurkan untuk ikut antenatal class, sebuah kelas untuk belajar seluk beluk proses persalinan sampai dengan masalah breast feeding. Pertemuan dilangsungkan di rumah sakit selama tiga sesi. Sebuah pengalaman yang menyenangkan dan sangat bermanfaat untuk para calon ayah yang seperti biasa....males banget buka-buka dan baca-baca buku kehamilan. Sampailah akhirnya di minggu ke 40, minggu penantian.

Tapi sampai di hari H nya kok ya belum ada tanda2 melahirkan. Waduuhhh . Sebetulnya ga masalah, cuma semakin lama dari jatuh tempo, bisa timbul masalah lain tho ?..... Sempat ada red show di hari ahad itu dan kontraksi tapi kemudain tanda2 itu lenyap.
Senin pagi seperti biasa ke dokter untuk kontrol. Oleh midwife disarankan beberapa cara tradisional untuk mempercepat lahir, istilannya sih natural induction seperti akupuntur, jalan kaki dan juga makan kari. (What a nice advise hihihihihi) Selasa pagi, ibu mertua datang dari jakarta buat "nungguin" cucu, dan seperti kata KD, si cucu nunggu eyangnya. Selasa malam kontraksi menguat dan setelah mendapat persetujuan midwife untuk datang ke rumah sakit, berangkatlah pasukan inti lengkap dengan "supir pribadi" cabutan tetangga yang subhanallah baiknya (jazakallah ya Pak.....). Note : di sini, kalau belum bukaan 5 atau pecah ketuban disarankan untuk di rumah saja. Rumah sakit ga mau menerima.

Sampai di FBC, si midwife mengajukan berbagai pertanyaan sesuai form yang dia punya. Kapan kontraksi mulai, jam berapa, dll. Awal2nya sih semangat jawab meskipun dengan diselingi tarikan nafas menyikapi kontraksi yang asoy itu. Tapi kok beberapa saat kemudian dia mengajukan pertanyaan yang sama. (Aduuuuh kenapa ga nengok jawaban yang tadi sih ?). Alhamdulillah kemudian datanglah midwife yang akan membantu perslinan, Ms Barclay. Tenang rasanya, berarti akan ada treatment yang lebih baik. Dan yup memang bener, the baby is ready to be delivered.


Dibantu suami siaga dengan penuh cinta dan mertua, serta seorang mahasiswa kedokteran, midwife sabar itu membantu persalinan si bayi. "Keep going...keep going...keep going", serunya menyemangati proses mengejanku. Hingga akhirnya subhanallah walhamdulillahi wallahu akbar, si kecil itu pun menatap dunia dalam sujudnya. Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan, Ti.........ketika penantian hingga tahun ke 5 ternyata hanya sekejap.

(penuh cinta untuk mereka yang tak berhenti berdoa)